Manusia berencana, Tuhan yang menentukan

Rencana awalnya kami mau sholat jum’at di Masjidil Haram, walaupun jadwal flight kembali ke Abu Dhabi agak mepet, jam 5 sore. Tapi sepertinya tidak memungkinkan, taksi yang saya kontak semenjak di Abu Dhabi hanya bisa jemput jam 3 sore. Akhirnya kita putuskan untuk berangkat lebih awal ke Jeddah. Berdasarkan informasi dari bellboy hotel, kita dapat taksi untuk berangkat jam 10 pagi, dengan singgah di masjid Arrahmah untuk sholat jum’at.

Kita sewa 2 taksi, untuk keluarga saya dan keluarga pak Arief. Sepertiga perjalanan, supir yang membawa keluarga pak Arief mengajak berhenti di rest area untuk ke toilet. Sekeluar dari toilet, pak supir tampak kesakitan sambil pegang perut. Dia tidak bisa buang air kecil, karena sepertinya ada gangguan di ginjalnya. Terpaksa kita telpon emergency ambulance untuk bawa dia ke hospital.

Supir yang membawa keluarga saya mengajak kita melanjutkan perjalanan, dan mempersilahkan pak Arief untuk menyupiri sendiri mobil yang disewa. Singkat cerita, sesampai di kota Jeddah, kita diantar ke sebuah masjid yang saya pikir masjid Arrahmah. Tapi ternyata bukan, ketika pak Arief lihat di GPS. Lalu kita putuskan untuk tetap cari masjid Arrahmah, meskipun agak bimbang karena saat itu sekitar 20 menit menjelang sholat jum’at. Tapi alhamdulillah sampai juga di masjid Arrahmah pas saat adzan.

Selesai sholat, sempat terpikir untuk lanjut makan siang di airport, tapi pak Arief tau dekat masjid ada rumah makan Indonesia. Dengan bekal GPS pak Arief, kita menemukan rumah makan tersebut.

Saat lihat-lihat menu, istri saya bisik-bisik, “yang, itu Wanda dan suaminya bukan ya…” Saya coba hampiri dan langsung menyapa, “Assalamu’alaykum, kang Tata… saya Agung, kita dulu pernah satu perusahaan di Malaysia”. Beliau menjawab, “Wa’alaykum salam, mas Agung, Idi Agung ya…” Sementara istri saya langsung menghampiri mbak Wanda yang duduk di sudut lain. Mereka langsung saling mengenal karena memang kuliah di kampus dan jurusan yang sama.

Subhanallah, rencana Allah yang Maha Kuasa memang begitu indah. Saat di Mekkah, istri saya sempat berguman, “Wanda sekarang lagi dimana ya…” Saya bilang, “Sekiranya ada kesempatan di Jeddah, saya bisa coba cari kontaknya”. Walhamdulillah, saat di Jeddah dalam waktu yg sangat terbatas kita dipertemukan.

Saya dan kang Tata ngobrol banyak tentang perusahaan lama tempat kami dulu bekerja, saling update tentang teman-teman lama di Malaysia, juga saya mendengar cerita tentang kecelakaan yang baru saja beliau dan keluarga alami. Kang Tata dan mbak Wanda nampak tenang dan tabah saat bercerita, sementara saya cuma bisa bilang “ngeri, ngeri…” sembari berdoa semoga kesehatan dan kehidupan keluarga kang Tata bisa pulih kembali, walaupun tidak akan sama lagi karena beliau kehilangan putri beliau saat kecelakaan tersebut.

Tidak terasa sudah pukul 2.30 lebih, saatnya saya melanjutkan perjalanan ke airport Jeddah. Walaupun teramat singkat, saya sangat bersyukur dapat bersilaturahmi dengan kang Tata dan keluarga. Semoga lain waktu juga diberi kesempatan untuk bertemu kembali.

Oh ya, ketika di Madinah saya juga berjumpa dengan bapak Din Syamsudin. Pak Din orangnya sangat mudah akrab, saya hanya memperkenalkan diri sebagai orang yg datang dari keluarga Muhammadiyah, dan basa-basi kecil. Tapi kemudian beliau malah banyak tanya tentang saya, tinggal dimana, kerja dimana, dan banyak hal lain.

Foto diatas diambil ketika saya dan pak Din menunggu taksi masing-masing untuk menuju ke ke miqot Bir Ali dan kemudian ke Mekkah.

Satu lagi cerita, nomer kamar hotel saya di Madinah 1402, di Mekkah 1423, sementara nomer apartment saya di Abu Dhabi 1403. Gak penting sih, just a pattern hehe